Newest Post

// Posted by :Unknown // On :Sabtu, 10 Mei 2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kehadiran al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, merupakan sebuah Maha Karya yang Agung dari Allah Swt sebagai sebuah landasan dan pedoman hidup manusia. Yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi. Dengan kedatangan al-Qur’an yang original dari Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad merupakan penyempurna terhadap kitab-kitab sebelumnya. Ini merupakan bukti kemukjizatan al-Qur’an yang tiada seorangpun yang dapat menirunya dan mendatangkan hal semisalnya. Al-Quran menantang orang-orang Arab yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk membuat hal yang serupa dengan al-Qur’an, Allah Swt berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 23 yang artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kam (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (QS. al- Baqarah;23)
Kemu’’jizatan al-Qur’an sebagai mana yang dikemukakan oleh Quraish Shihab nampak dalam tiga hal pokok. Pertama pada redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari sastra Arab. Kedua, kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan. Ketiga, ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya.
Dalam makalah ini penulis akan mencoba memberikan gambaran secara umum mengenai pengertian, macam dan segi kemu’jizatan al-Qur’an yang kami kaji dari beberapa referensi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian i’jaz al-qur’an
Dari segi bahasa kata i’jaz diambil dari kata kerja a’jaza-i’jaza yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Ini sejalan dengan firman Allah SWT yang berbunyi.
أَعْجَزَتُ أَنْ أَكُوْنَ مِثْلَ هَذَاالْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِيْ (المائدة:
Artinya:
“…Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” (QS. Al Maidah (5): 31)
Lebih jauh Al-Qaththan mendefinisikan I’jaz dengan:
إِظْهَارُ صِدْقِ النَّبِيِِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِىدَعْوَى الرِّسَالَةِ بِاظهَارِ عَجْزِ الْعَرَبِ عَنْ مُعَجِزَتِهِ اْلخَالِدَةِ وَهِيَ اْلقُرْانُ وَعَجْرِ اْلأَجْيَالِ بَعْدَهُمْ.
Artinya:
“Memperlihatkan kebenaran Nabi SAW. atas pengakuan kerasulannya, dengan cara membuktikan kelemahan orang Arab dan generasi sesudahnya untuk menandingi kemukjizatan Al-Qur’an.”
Secara istilah: Penampakan kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW. dalam ketidakmampuan orang Arab untuk menandingi mukjizat nabi yang abadi, yaitu Al-qur’an
I’jazul Quran (kemu’jizatan al-Qur’an) ialah kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia, baik secara berpisah-pisah maupun berkelompok, untuk bisa mendatangkan sesuatu atau menyamainya. Yang dimaksud dengan kemu’jizatan al-Qur’an bukan berarti melemahkan manusia dengan pengertian melemahkan yang sebenarnya. Artinya memberi pengertian kepada mereka tentang kelemahan mereka untuk mendatangkan sesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an; menjelaskan bahwa kitab al-Quran ini haq, dan Rasul yang membawanya adalah Rasul yang benar. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mujizat.
I’jaz dapat pula diartikan sebagai kemu’jizatan, yaitu sesuatu yang dapat melemahkan, yang membuat sesuatu atau pihak lain tak berdaya. Pada dasarnya al-Mu’jiz (yang melemahkan) itu adalah Allah Swt; yang menyebabkan selainnya lemah sebagai bentuk mubalaghah (penegasan) kebenaran berita mengenai betapa lemahnya orang- orang yang didatangi Rasul untuk menentang mu’jiz tersebut.[1]
B.      Tujuan da Sejarah i’jaz al-qur’an
1.      Tujuan i’jaz al-qur’an
Dari i’jaz diatas, dapat diketahui bahwa tujuan i’jazul qur’an itu banyak diantaranya yaitu
a)       Membuktikan bahwa nabi Mihammad SAW yang membawa mu’jizat kitab al-qur’an itu adalah benar-benar seorang nabi/Rasul Allah SWT. Beliau diutus menyampaikan ajaran – ajaran Allah kepada umat manusia untuk mecanangkan ajaran-Nya tersebut.
b)      Membuktikan bahwa al-qur’an itu adalah benar – benar wahyu allah SWT, bukan buatan Malaikat Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad SAW tidak mungkin karena sudah kita ketahui bersama bahwa Nabi Muhammad SAW orang yang ummi (tidak pandai menulis dan membaca), dan sudah barang tentu pujangga-pujangga arab sudah profesional, dimana mereka tidak hanya pandai menulis dan membaca tetapi juga ahli dalam sastra, grametika bahasa arab, dan balaghahnya akan bisa membuat seperti al-qur’an itu bukan buatan manusia.
c)      Menunjukan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Meraka ingkar tidak mau beriman mempercayai wahyu al-qur’an dan sombong tidak mau menerima kitab itu. Mereka menuduh bahwa kitab itu hasil lamunan atau buatan Nabi Muhammad SAW sendiri, kenyataannya para pugangga sastra arab tidak mampu membuat tandingan yang seperti Al-qur’an itu, walaupun hanya satu ayat.
d)     Menunjukan kelemahan mutu sastra dan balaghah manusia, karena terbukti para pakar – pakar pujangga sastra dan seni arab tidak ada yang mkampu mendatangkan kitab tandingan yang seperti al-qur’an yang telah ditantang kepada mereka dalam berbagai tinggat.
2.      Sejarah ilmu i’jazul Qur’an
Ada ulama yang berpendapat, bahwa orang yang pertama kali menulis i’jazul Qur’an ialah Abnu Ubaidah (wafat 208H) yang menulis kitabnya “Majazul Qur’an”, lalu disusun oleh Al-Farra (wafat 207H) yang menulis kitab “Ma’anil Qur’an”, kemudian disusun lagi oleh Ibnu Quthaibah yang mengarang kitab Ta’wil Musyakil Qur’an”. Namun pernyataan tersebut dibantah oleh Abdul Qohir Al-Jurjany dalam kitabnya “Dalailul I’jaz”, bahwa kitab tersebut diatas bukanlah ilmu i’jazul Qur’an melainkan sesuai dengan nama judul – judulnya itu.
Menurut Dr. Shubhi Ash-Shaleh dalam kitabnya “Makahis Fi Ulumul Qur’an”, bahwa orang yang pertama kali membicarakan I’jazul Qur’an adalah Imam Al-Jahili (wafat 225H), ditulis dalam kitab “Nuzhumul Qur’an”. Hal ini seperti diisyaratkan dalam kitabnya yang lian, Al- Hawayan, lalu disusul Muhammad bin Zaid Al-Wasithy (wafat 306H), dalam kitab I’jazul Qur’an, yang banyak mengutip isi kitab Al-Jahidh tersebut diatas. Kemudian dilanjutkan Iman Ar-rumany (wafat 384H). Lalu disusul oleh Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqilly (wafat 403H) dalam kitabnya i”jazul Qur’an, yang isinya ngengusap segi –segi kemu’jizatan, kitab ini sangat populer. Kemudian disusun oleh Abdul  Qohir Al-Jumany (wafat 471H) dalam kitab Dala’ilul I’jaz dan Asarul Balaghah.



C.     Macam – macam mu’jizat
Mu’jizat dapat bagi menjadi dua macam, yaitu:
1.      Mu’jizat Indrawi “ Hissiyyah”, ialah yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dirasa oleh lidah, tagasnya dapat dicapai oleh tanca indra. Mu’jizat ini sengaja ditunjukan atau diperlihatkan manusia biasa, yakni mereka yang tidak bisa menggunakan kecerdasan fikirannya, yang tidak cakap pandangan mata hatinya dan yang randah budi dan perasaannya.
Mukjizat jenis ini muncul dari segi fisik yang mengisyaratkan adanya kesaktian seorang nabi. Secara umum dapat diambil contoh adalah mukjizat nabi Musa dapat membelah lautan, mukjizat nabi Daud dapat melunakkan besi serta mukjizat nabi-nabi dari bani Israil yang lain.
2.      Mu’jazat “ma’nawi”  ialah mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indra, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “aqli” atau dengan kecerdasan pikiran. Karena orang tidak akan mumgkin mengenal mu’jizat ini melainkan orang yang berfikir sehat, bermata hati, berbudi luhur dan yang suka mempergunakan kecerdasan berfikirnya dengan jernih serta jujur[2]
D.    Macam – Macam I’jaz dalam Al-Qur’an
1.      I’jaz Bayaani
Yaitu suatu mu’jizat yang tidak ada didalam Al-Qur’an satu kalimatpun yang        dapat ditambahkan oleh siapapun, ataupun dikurangi selain oleh Allah SWT.
2.      I’jazul Ilmiyah
            Yaitu suatu Mu’jizat didalam al-Qur’an yang mengandung ilmu      pengetahuan, meski ditemukan rahasia alam ini sudah berapa tahun setelah    turunnya  Al-Qur’an,oleh para pakar alam, metafisika, biologi, dan lainnya. Suatu             contoh,            bertemunya dua laut, yang disebut dalam Al-Qur’an, baru ditemukan             rahasianya,      begitupun pertumbuhan janin , menggantungnya janin dalan            rahim, ilmu ini baru             ditemukan kebenarannya dan masih banyak lagi apa –          apa disebutkan seumpama,     mengapa diharamkannya babi, khamar.
Perbedaan – perbedaan tanah, didalan jenisnya, sebagaimana didalam hadist, juga             punya I’jaz ilmiyah, seperti mengapa kita diminta menghindari diri dari terik     mentari, karena akan mengurangi shahwat. Ternyata telah diteliti ilmuwan,          memeng berjemur di panas terik mentari (siang bolong), ada zat – zat, atau             hormon – hormon seksual yang rusak.
3.      I’jazul Maudhu’i
Yaitu bagi siapa saja yang membaca al-Qur’an ini dan memahaminya, melakukan apa – apa yang diperintahkan Allah SWT, maka Allah SWT kelak akan memuliakannya dunia dan akhirat[3]

E.     Segi Kemu’jizatan al-Qur’an

1.      Segi Bahasa dan Susunan Redaksinya
Sejarah telah menyaksikan bahwa bangsa arab pada saat turunnya al-Qur’an telah mencapai tinggat yang belum pernah dicapai oleh bangsa satu pun yang ada didunia ini, baik sebelum dan sesudah mereka dalam bidang kefashihan bahasa (balaghah). Mereka juga telah meramba jalan yang belum pernah diinjak orang lain dalam kesempurnaan menyampaikan penjelasan (al-bayan), keserasian dalam menyusun kata-kata, serta kelancaran logika.
Oleh karena bangsa Arab telah mencapai taraf yang begitu jauh dalam bahasa dan seni sastra, karena sebab itulah al-Qur’an menantang mereka. Padahal mereka memiliki kemampuan bahasa yang tidak bisa dicapai orang lain seperti kemahiran dalam berpuisi, syi’ir atau prosa (natsar), memberikan penjelasan dalam langgam sastra yang tidak sampai oleh selain mereka. Namun walaupun begitu mereka tetap dalam ketidak berdayaan ketika dihadapkan dengan al-Qur’an.
Selanjutnya apabila ketidak mampuan bangsa Arab telah terbukti sedangkan mereka pintar dalam bidang bahasa dan sastra, maka terbukti pulalah kemu’jizatan al-Qur’an dalam segi bahasa dan sastra dan itu merupakan argumentasi terhadap mereka mampu terhadap kaum-kaum selain mereka. Sebab dipahami bahwa apabila sebuat pekerjaan tidak bisa dilakukan oleh mereka yang ahli dalam bidangnya tentunya semakin jauh lagi kemustahilan itu bisa dilakukan oleh mereka yang tidak ahli dibidangnya.[4]
Berkaitan dengan masalah pembuktian akan ketidak mampuan bangsa Arab untuk menyaingi al-Qur’an para ulama banyak memberikan komentar yang mengisyaratkan adanya perbedaan tenteng ihwal ketidak mampuan itu bisa terjadi. Secara umum pendapat ulama dalam masalah sebab terjadinya fenomena ketidak mampuan orang Arab untuk menandingi al-Qur’an ada dua pendapat, yaitu:[5]
a)      Muncul dari facror i’jaz yang terkait dan inheren dalam alQur’an.
b)      Muncul dari luar al-Qur’an dengan adanya kesenjangan Allah untuk melemahkan orang Arab secara intelektual (sharfah)
2.      Segi Isyarat Ilmiah
Pemaknaan kemu’jizatan al-Qur’an dalam segi ilmiyyah adalah dorongan serta stimulasi al-Qur’an kepada manusia untuk selalu berfikir keras atas dirinya sendiri dan alam semesta yang mengitarinya[6]. Al-Qur’an memberikan ruangan sebebas-bebasnya pada pergulan pemikiran ilmu pengetahuan sebagaimana halnya tidak ditemukan pada kitab-kitab agama lainnya yang malah cenderung restriktif. Pada akhirnya teori ilmu pengetahuan yang telah lulus uji kebenaran ilmiyah akan selalu koheren dengan al-Qur’an. Al-Qur’an dalam mengemukakan dalil-dalil, argument serta penjelasan ayat-ayat imliah, menyebutkan isyarat-isyarat ilmiah yang sebagiannya baru terungkap pada zaman atom, planet dan penaklukan angkasa luar sekarang ini antaranya adalah:
a.       ‘’Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tiada juga beriman?’’(Q.S. Al-Anbiya). Dalam  ayat ini terdapat isyarat ilmiah tentang sejarah tata surya dan asal mula yang padu, kemudian terpisah-pisahnya benda-benda langit, sebagian dari yang lain secara gradual. Begitu juga di dalamnya terdapat isyarat tentang asal-usul kehidupan yaitu air.
b.       “Dan kami tyelah meniupkan angin untuk mengawinkan(tumbuh-tumbuhan) dan kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sesekali bukanlah kamu yang menyimpan”(QS. Al-Hijr:2). Ayat ini memberikan isyarat tentang peran angin dalam turunya hujan begitu juga tentang pembuahan serbuk bunga tumbuh-tumbuhan.
c.       “Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.”(QS. Al-Zalzalah:6) ayat ini menjalaskan adanya pemeliharaan dan pengabdian segala macam perbuatan manusia di dunia. Dan jika ini dapat dilakukan manusia, maka pastilah itu jauh lebih mudah bagi Allah swt.
d.      “ Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurnya” ( QS. Al-Qiyamah:4) diantara kepelikan penciptaan manusia adalah sidik jarinya. Ayat ini menyebutkan kenyataan ilmiah bahwa tidak ada jara-jari tangan seorang manusia yang bersidik jari yang sama yang dengan manusia yang lainnya.

3.      Segi pemberitaan yang ghaib
Surat-surat dalam Al_qur’an banyak berita tentang yang ghaib. Kapabilitas Al-Qur’an dalam memberikan informasi-informasi tentang hal-hal yang ghaib seakan menjadi prasarat utama menopang eksistensinya sebagai kitab mukzijat. Akan tetapi pemberian informasi akan segala hal yang gaib tidak memonopoli seluruh aspek kemukzijatan Al-Qur’an itu sendiri. Diantara contohnya adalah :
a.       keghaipan masa lampau. Al-Quran sangat jelas dan fasih sekali dalam menjelaskan cerita masa lalu  seakan-akan menjadi saksi mata yang langsung mengikuti jalan ceritanya. Dan tidak ada satu pun dari kisah-kisah tersebut yang tidak terbukti kebenaranya.
b.      Keghaiban masa sekarang. Terbuktinya niat busuk orang munafik dimasa Rasulullah. Contohnya “ Dan diantara manusia ada orang yang ucapanya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah ( atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras”.(QS,Al Baqarah:204)
c.       Keghaiban masa yang akan datang.
4.      Segi petunjuk penetapan hukum syara’
Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan tak mungkim dicari penyebabnya selain bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah, adalah terkandungnya syari’at paling ideal bagi umat manusia, undang-undang yang paling lurus bagi kehidupanya, yang dibawa Al-Qur’an untuk mengatur kehidupan manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Antara lain contohnya
a.       Keadilan
b.      Mencegah pertupahan darah
c.       Pertahanan untuk menghancurkan fitnah dan agresi

F.      Pendapat Para Ulama tentang I’jaz Al-qur’an
Setelah para ulama telah sepakat bahwa kemuk’jizatan Al-Qur’an itu karena dzatnya, serta tidak seorangpun yang sanggup mendatabgkan suatu yang sebanding dengannya, maka pandangan ulama berbeda-beda dalam meninjau segi kemu’jizatannya. Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemu’jizatan itu terkandung dalam Al-Qur’an itu sendiri, yaitu susunan yang asing yang berbeda dengansusunan orang orab pada umumnya.
            Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemu’jizatan itu terkandung dalam lafal-lafalnya yang jelas, redaksinya yang bersastra dan susunannya yang indah. Karena Al-Qur’an sastranya termasuk yang yang tidak ada bandingnya.
            Ulama lain berpendapat bahwa kemu’jizatan itu karena Al-Qur’an itu terhindar dari adanya pertentangan, serta mengandung arti-arti yang lembut dan hal-hal yang gaib diluar kemampuan manusia dan diluar kekuasaan mereka untuk mengetahuinya, seperti halnya Al-Qur’an bersih dan selamat dari pertentangan  dan perselisihan pendapat.
            Ada lagi yang berpendapat bahwa kemu’jizatan Al-Qur’an adalah karena adanya keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-keindahan yang menarik yang terkandung dalam Al-Qur’an, baik permulaan, tujuan, maupun dalam menutup setiap surat.[7]

 
PENUTUP
Kesimpulan

1.      I’jazul Qur’an adalah kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia, baik secara terpisah maupun berkelompok-kelompok, untuk bisa mendatangkan minimal yang menyamainya.
2.      Mukjizat adalah sebuah fenomena adikodrati disertai dengan tantang yang tak tertandingi. Dan mukjizat dibagi menjadi 2 yaitu: mu’jizat Indrawi(Hissiyyah) dan  mu’jizat Rasional (‘aqliyah)
3.      Macam-macam I’jaz dalam al_qur’an yaitu I’jaz Bayaani, I’jaz Ilmiyah dan I’jaz Maudhu’i.
4.      Kemu’jizatan al-Qur’an dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu: segi bahasa dan susunan redaksinya, segi isyarat ilmiah, segi pemberitaan yang gaib dan segi petunjuk penetapan hukum syara’.
5.      Pandangan ulama berbeda-beda dalam meninjau segi kemu’jizatan.
a.       Segi kemu’jizatan al-Qur’an adalah sesuatu yang terkandung dalam al-Qur’an itu sendiri.
b.      Terkandung dalam lafadz-lafadznya yang jelas, redaksinya yang bersastra dansusunannya yang indah.
c.       Terhindar dari adanya pertentangan, serta mengandung arti-arti yang lembut dan hal-hal yang gaib diluar kemampuan manusia dan diluar kekuasaan mereka untuk mengetahuinya
d.       Adanya keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-keindahan yang menarik yang terkandung dalam al-qur’an.


DAFTAR PUSTAKA

Hasbi  Ash Shidieqy, Tengku Muhammad. 2002. Ilmu-ilmu Al-Qur’an.Semarang. Pustaka Riski  Putra.
Husni Almunar M.A, Prof Dr. H. Said Agil. 2005.Al-Qur’an membangun tradisi kesalehan hakiki. Ciputat. Ciputat Press.
Al-Zarqani, Muhammad Abd. Al-Azim,Manahil Irfan Fi Ulum  Al-Qur’an, Mesir. Isa Al-Babiy al-Halabiy, Juz  III
Ash Ali Shabuni, Mansur.1987. Pengantar Studi Al-Qur’an. Bandung. Al-Ma’arif.
Al-Qattan, Manna.1973. Mabahits Fi Ulumul Al-Quran. Beirut. Al muttahidah li al tawzi


[1]  Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A.Al-Qur’an membangun tradisi kesalehan hakiki. Ciputat: PT.Ciputat Press. 2005. Hlm.30
[2]  Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A. op.cit. Hlm 32
[3] Ajun77.blogspot.com/2012/02/i’jaz al-qur’an.html
[4] Muhammad Zarqoni. Manahil Ul Irfan fi Ulumul Qur’an,Juz III.Mesir:Isa al-Babi al-Himabi,t,t Hlm 332
[5] Manna’ Al-qathan.Mabahis fi Ulumul Qur’an.hlm 261
[6] Mansur Hasbunabi,Al-kaun Wa I’jaz fi Al-Qur’an,Libanon:Dar el-Fikr Al-Araby,Hlm19-20
[7] Muhammad Ali Ash Shabuni.Pengantar study Al-Qur’an terjemah H.Muhammad Khudori Umat dan Muh.Matsnahs(Bandung):Al Ma’arif,1987.Hlm 117-118

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

K-On ! Green!

Total Tayangan Halaman

mata kuliah
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

// Copyright © lianurjanah //Anime-Note//Powered by Blogger // Designed by Johanes Djogan //